Tuntunan Ringkas Shalat Tarawih
Oleh: Fadhel Ahmad
Shalat ini dinamakan Shalat tarawih
yang artinya istirahat karena orang yang melakukan Shalat tarawih beristirahat
setelah melaksanakan empat rakaat. Dan ia merupakan bagian dari shalat malam
atau qiyamullail akan tetapi ia khusus di bulan ramadhan.
Shalat tarawih ini hukumnya Sunnah
muakkadah ( sangat dianjurkan ) bagi laki-laki dan perempuan menurut
kesepakatan para ulama’.
Dan Shalat ini lebih utama
dilaksanakan secara berjama’ah sebagaimana dilakukan oleh sahabat Umar
Radhiyallahu ‘anhu. Hal ini sebagaimana pendapat Imam Asy-Syafi’I, mayoritas
ulama madzhab Syafi’I, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan sebagian ulama malikiyah.
Dan shalat Tarawih secara berjama’ah ini merupakan Syi’ar Islam di bulan
Ramadhan.
Keutamaan
Shalat Tarawih
1.
Akan
mendapatkan ampunan dosa yang telah lalu
Rasulullah bersabda:
«مَنْ قاَمَ رَمَضَانَ
إِيـْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ »
“Siapapun
yang menegakkan bulan Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah
maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR.
Muslim 1266)
2.
Shalat
tarawih bersama imam seperti shalat semalam penuh
Nabi Bersabda:
« مَنْ
قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتىَّ يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ »
“Barang siapa shalat tarawih bersama imam sampai selesai maka ditulis
baginya shalat malam semalam suntuk.”(
HR. An-Nasai 1605 Lihat Al-Irwa’ 447 )Shalat Tarawih Rasulullah
مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلّ الله عليه و سلّم يَزِيْدُ فِي رَمَضَانَ وَ
لاَ فِي غَيْرِهِ إِحْدَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّى أَرْبَعًا، فَلاَ تَسْأَلْ
عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلَـهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلَـهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى ثَلاَثاً
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah bilangan
pada bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan selain Ramadhan dari 11 Rakaat.
Beliau shalat 4 rakaat sekali salam maka jangan ditanya tentang kebagusan dan
panjangnya, kemudian shalat 4 rakaat lagi sekali salam maka jangan ditanya
tentang bagus dan panjangnya, kemudian shalat witir 3 rakaat.” (HR Muslim)Di dalam hadits ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad Shalat malam sebanyak 11 rakaat.
Boleh Shalat lebih dari 11 rakaat
Sebagaiman dalam hadits diatas Nabi Muhammad melakukan Shalat malam tidak lebih dari 11 rakaat atau 13 rakaat menurut hadits yang lain, hal ini oleh sebagian ulama dianggap pembatasan, artinya shalat malam yang termasuk didalamnya shalat tarawih tidak boleh lebih dari bilangan yang dilakukan Rasulullah, akan tetapi jumhur ulama atau mayoritas ulama salaf memandang bahwa bilangan shalat malam tidak ada batasannya, adapun bilangan yang dilakukan oleh Rasulullah adalah menunjukan mustahab untuk dilakukan bukan wajib.
Jumhur ulama berargumen dengan sabda Nabi Muhammad ketika ditanya tentang Shalat Malam beliau mengatakan:
« مَثْنىَ
مَثْنىَ فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ »
“Dua rakaat – dua rakaat. Apabila kamu khawatir mendapati subuh, maka
hendaklah kamu shalat witir satu rakaat.” (HR.
Bukhari)Jumhur menerangkan: Apabila dalam Shalat malam ada pembatasan tentu saja akan di terangkan jumlah batasannya, tetapi manakala Nabi hanya menerangkan “ Dua rakaat-dua rakaat “ ini menunjukan tidak ada batasan jumlah rakaat.
Imam Al-Qodhi Iyyadh berkata: Tidak ada khilaf ( perselisihan ) pada shalat malam dalam hal tidak adanya batasan rakaat yang mana tidak boleh ditambah dan tidak boleh dikurangi, Shalat malam adalah bagian dari bentuk ketaatan, semakin bertambah semakin bertambah pahalanya, khilaf itu hanya pada perbuatan Nabi dan apa yang beliau pilih untuk diri beliau sendiri ( terkait jumlah rakaat shalat lail beliau )
Imam Ibnu Abdil barr berkata dalam “ At-Tamhid “ : Tidak ada khilaf di kalangan kaum muslimin bahwa bilangan salat malam itu tidak ada batasan dan dia itu adalah amalan sunnah dan merupakan perbuatan dan amal yang baik, Siapa yang mau silahkan mempersedikit rakaat dan siapa yang mau silahkan memperbanyaknya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Dalam hal Shalat tarawih Nabi Muhammad tidak memberikan batasan bilangan rakaat tertentu, Hanya saja beliau melakukannya tidak lebih dari 13 rakaat baik di dalam bulan Ramadhan ataupun diluar Ramadhan, Tetapi beliau memperpanjang setiap rakaatnya........, Maka siapa yang mengira bahwa dalam pelaksanaan Shalat tarawih ada batasan rakaat tertentu yang tidak boleh di tambah ataupun di kurangi maka dia telah keliru.
Dari keterangan di atas menjadi jelas bahwa dalam pelaksanaan shalat tarawih tidak ada batasan tertentu dalam hal rakaatnya, maka dari itu kita mendapati amalan tarawih dari para ulama madzhab , ada yang menjalankan 20 rakaat ada yang 36.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Seseorang boleh Shalat 20 rakaat sebagaimana masyhur pada madzhab Imam Ahmad dan Imam Syafi’I, Seseorang juga boleh Shalat 36 rakaat sebagaimana madzhab Imam Malik, Demikian juga boleh Shalat 11 rakaat atau 13 rakaat, Semuanya bagus. Dan masalah mempersedikit atau memperbanyak rakaat disesuaikan dengan lama atau pendeknya berdiri.
Syaikh Abdul ‘Aziz bin Bazz ( Mufti Besar Arab Saudi dahulu ) berkata:
“Sebagian mereka mengira bahwa tarawih tidak boleh kurang dari 20 rakaat.
Sebagian lain mengira bahwa tarawih tidak boleh lebih dari 11 atau 13 rakaat.
Ini semua adalah persangkaan yang tidak pada tempatnya, BAHKAN SALAH.
Bertentangan dengan hadits-hadits shahih
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang menunjukkan bahwa shalat malam itu muwassa’
(leluasa, lentur, fleksibel). Tidak ada batasan tertentu yang kaku yang tidak
boleh dilanggar.”
Adapun kaum muslimin akhir jaman di saat ini khususnya di Indonesia adalah
umat yang paling lemah. Kita shalat 11 rakaat (Paling sedikit) dengan bacaan
yang pendek dan ada yang shalat
23 rakaat dengan bacaan pendek bahkan tanpa tu’maninah sama sekali!!!Dan sungguh disayangkan apa yang terjadi pada masjid-masjid kaum muslimin utamanya di negara ini, Dimana mereka para imam shalat terlalu cepat dalam shalat tarawihnya, utamanya yang melakukan 23 rakaat, bahkan tak jarang kita jumpai yang melakukan 23 rakaat lebih cepat selesai dari yang 11 rakaat
Bagi kami yang diingkari bukan 23 rakaat atau 11 rakaat karena semua bagus. Yang diingkari adalah shalat yang terlalu cepat yang menghilangkan tuma’ninah ( ketenangan dalam setiap rukun shalat ), padahal tuma’ninah adalah rukun dari rukun-rukun shalat
Diantara Sifat/Tata Cara Shalat Tarawih Nabi Muhammad
Berikut adalah sebagian dari tata cara nabi muhammad melakukan shalat tarawih, semuanya adalah perkara yang di syari’atkan dan bisa dilakukan secara bergantian. Barang siapa yang hanya mengakui satu tata cara bukan yang lainnya maka dia telah keliru.
Ø Shalat
tarawih sebanyak 13 rakaat dengan perincian sebagai berikut:
- Beliau membuka shalatnya dengan shalat 2 rakaat yang ringan.
- Kemudian shalat 2 rakaat dengan bacaan yang panjang.
- Kemudian shalat 2 rakaat dengan bacaan tiap rakaat yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya hingga rakaat ke-12.
- Kemudian shalat witir 1 rakaat.
Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Zaid bin Kholid al-Juhani, beliau
berkata: “Sesungguhnya aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melakukan shalat malam, maka beliau memulai dengan shalat 2 rakaat yang ringan,
Kemudian beliau shalat 2 rakaat dengan bacaan yang panjang sekali, kemudian
shalat 2 rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya,
kemudian shalat 2 rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya,
kemudian shalat 2 rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat
sebelumnya, kemudian shalat 2 rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari
rakaat sebelumnya, kemudian shalat witir 1 rakaat.” (HR. Muslim)
Ø
Shalat tarawih sebanyak 13 rakaat dengan perincian
sebagai berikut:
- Melakukan shalat 8 rakaat dengan sekali salam setiap 2 rakaat.
- Kemudian melakukan shalat witir langsung 5 rakaat sekali salam.
Ø
Shalat tarawih sebanyak 11
rakaat dengan perincian sebagai berikut:
- Melakukan shalat 10 rakaat dengan sekali salam setiap 2 rakaat.
- Kemudian melakukan shalat witir 1 rakaat.
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ صلّ الله عليه و سلّم يُصَلىِّ فِيْمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ
صَلاَةِ الْعِشَاءِ – وَ هِيَ الَّتِي يَدْعُوْ النَّاسُ الْعَتَمَةَ – إِلىَ
الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُسَلَّمُ بَيْنَ كُلّ رَكْعَتَيْنِ
وَيُوْتِرُ بِوَاحِدَةٍ
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat malam atau tarawih setelah
shalat Isya’ – Manusia menyebutnya shalat Atamah – hingga fajar sebanyak 11 rakaat.
Beliau melakukan salam setiap dua rakaat dan beliau berwitir satu rakaat.” (HR.
Muslim)
Ø
Shalat tarawih sebanyak
11 rakaat dengan perincian sebagai berikut:
- Melakukan shalat 8 rakaat dengan sekali salam setiap 4 rakaat.
- Kemudian shalat witir langsung 3 rakaat dengan sekali salam.
مَا
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلّ الله عليه و سلّم يَزِيْدُ فِي رَمَضَانَ وَ لاَ فِي
غَيْرِهِ إِحْدَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّى أَرْبَعًا، فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلَـهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلَـهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى ثَلاَثاً
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah bilangan
pada bulan Ramadhan
dan tidak pula pada bulan selain Ramadhan
dari 11 Rakaat. Beliau shalat 4 rakaat sekali salam maka jangan ditanya tentang
kebagusan dan panjangnya, kemudian shalat 4 rakaat lagi sekali salam maka
jangan ditanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian shalat witir 3 rakaat.”
(HR Muslim)Boleh Shalat malam empat empat tiga tapi yang afdhol adalah dua-dua dst
Imam An-Nawawi Berkata: Hadits ini menjelaskan bolehnya ( Shalat empat empat tiga ), meskipun yang lebih afdhol ( utama ) adalah salam setiap selesai dua rakaat. Dan inilah yang dikenal dari praktek Rasulullah dan perintah beliau untuk melakukan shalat malam dua rakaat dua rakaat ( al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj (6/87) )
Imam An-Nawawi Juga berkata: Hadits Ini di bawa kepada pemahaman penjelasan apa yang lebih utama, yaitu seseorang salam setiap dua rakaat. Sama saja apakah shalat sunnah siang atau malam lebih disukai untuk salam setiap dua rakaat.
Tambahan: Tidak ada duduk tahiyat awal pada shalat tarawih maupun shalat witir pada tata cara poin ini, karena tidak ada dalil yang menunjukkan hal tersebut. Bahkan ada larangan menyerupai shalat maghrib.
Di Sunnahkan Untuk Istirahat setiap selesai dari empat rakaat
Dasar hal ini adalah hadits diatas
مَا
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلّ الله عليه و سلّم يَزِيْدُ فِي رَمَضَانَ وَ لاَ فِي
غَيْرِهِ إِحْدَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّى أَرْبَعًا، فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلَـهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلَـهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى ثَلاَثاً
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah bilangan
pada bulan Ramadhan
dan tidak pula pada bulan selain Ramadhan
dari 11 Rakaat. Beliau shalat 4 rakaat sekali salam maka jangan ditanya tentang
kebagusan dan panjangnya, kemudian shalat 4 rakaat lagi sekali salam maka
jangan ditanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian shalat witir 3 rakaat.”
(HR Muslim)Dalam duduk antara setiap empat rakaat ini TIDAK ada dzikir-dzikir atau doa-doa tertentu, Hal ini karena tidak adanya dalil akan hal itu. Sementara sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah dan seburuk-buruk hal adalah perkara-perkara yang di ada-adakan dalam agama
Surat Yang di baca ketika Shalat Tarawih
Tidak ada riwayat atau hadits dari Nabi Muhammad tentang bacaan surat tertentu dalam shalat tarawih. Sehingga Imam di persilahkan memilih surat apa saja yang mudah baginya dan tidak memberatkan makmum sehingga bisa jadi makmum akan bubar. Hanya saja di sana ada anjuran dari Ulama-ulama madzhab Hanafy dan Hanbaly untuk mengkhatamkan al-Qur’an di bulan ramadhan agar manusia dapat mendengar bacaan al-Qur’an secara penuh di bulan ramadhan melalui shalat tarawih.
Shalat Tarawih bagi Perempuan
Perempuan diperbolehkan Shalat tarwih di Masjid dengan syarat Tidak menimbulkan fitnah bagi laki-laki. Sehingga hendaknya mereka memakai pakaian yang menutup auratnya dan hendaknya tidak memakai Wangi-wangian. Adapun secara umum yang lebih utama atau afdhol seorang perempuan hendaknya shalat dirumahnya. Akan tetapi apa bila shalatnya dirumah tidak bisa maksimal atau bahkan malas-malasan atau kedatangannya untuk shalat tarawih di masjid akan menjadi sebab mendapatkan manfaat yang lain seperti pengajaran-pengajaran agama maka yang utama adalah tarawih di masjid, tetapi tetap memperhatikan adap perempuan ke masjid dengan tidak memakai wangi-wangian dan tetap menutup auratnya.
Sumber:
1.
Al-Mulakhosh Al-Fiqhi Syaikh Dr Shalih Al
–Fauzan
2.
Shahih Fikih Sunnah Syaikh Abu Malik Kamal
3.
dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar